Hamengkubuwono V


Nama aslinya adalah Raden Mas Mustoyo, putra Hamengkubuwono IV yang lahir pada tanggal 20 Agustus 1821. Sewaktu dewasa ia bergelar Pangeran Mangkubumi. Ia juga pernah mendapat pangkat Letnan Kolonel tahun 1839 dan Kolonel tahun 1847 dari pemerintah Hindia Belanda. Tujuan dari Hamengkubuwono V sendiri dekat dengan Belanda adalah untuk melakukan taktik perang represif, dimana ia menekankan pada perang tanpa darah, sri sultan mengharapkan dengan dekatnya pihak keraton dengan pemerintahan Belanda akan ada kerjasama yang saling menguntungkan antara pihak keraton dan Belanda,sehingga kesejahteraan dan keamanan rakyat Yogyakarta dapat terpelihara.

Namun hal ini ditanggapi lain oleh beberapa kanjeng abdi dalem dan adik sultan sendiri Raden Mas Ariojoyo (Hamengkubuwono VI nantinya). Mereka menganggap tindakan Sultan adalah tindakan pengecut, sehingga dukungan terhadap Sultan Hamengkubuwono V pun berkurang dan banyak yang memihak adik sultan untuk menggantikan Sultan Raden mas Ariojoyo.

Keadaan semakin menguntungkan Raden Mas Ariojoyo setelah ia berhasil mempersunting putri kerajaan Brunai dan menjalin ikatan persaudaraan dengan kerajaan Brunai. Kekuasaan Hamengkubuwono V semakin terpojok, apalagi setelah timbul konflik intern keraton yang melibatkan istri ke 5 sultan sendiri Kanjeng Mas Hemawati. Sri Sultan hanya mendapatkan dukungan dari rakyat yang merasakan pemerintahan yang aman dan tentram selama masa pemerintahan beliau.

Beliau wafat pada tahun 1854, melalui suatu peristiwa yang hanya sedikit diketahui orang, peristiwa itu dikenal dengan Wereng saketi Tresno (wafat oleh yang dicinta), Sri Sultan meninggal setelah ditikam oleh istri ke 5 yaitu Kanjeng Mas Hemawati, sampai sekarang tidak diketahui jelas apa sebab sang istri berani membunuh suaminya.

Tidak lama setelah Sultan meninggal, tiga bulan kemudian permaisuri sultan pun meninggal setelah jatuh sakit semenjak Sultan meninggal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar