Hamengkubuwono VI naik takhta menggantikan kakaknya, yaitu Hamengkubuwono V sejak tahun 1855. Pada masa pemerintahannya terjadi gempa bumi yang besar yang meruntuhkan sebagian besar Keraton Yogyakarta, Taman Sari, Tugu Golong Gilig, Masjid Gede (masjid keraton), Loji Kecil (sekarang Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta) serta beberapa bangunan lainnya.Semasa pemerintahannya Hamengkubuwono VI justru melanjutkan kebijakan dari kakaknya yang sebelumnya ditentang keras.
Semasa pemerintahan Hamengkubuwono VI mulai timbul pemberontakan-pemberontakan yang tidak mengakui masa pemerintahan Sultan, namun bisa diredam dan dibersihkan. Hal ini berkat kepemimpinan dan ketangguhan Danuredjo V sebagai mahapatih Keraton Jogja. Hubungan dengan berbagai kerajaan pun dijalin kuat. Walaupun sempat menimbulkan beberapa sengketa, namun sultan dapat mengatasinya dengan arif bijaksana. Tapi lambat laun hubungan dengan pemerintahan Belanda agak mulai menuai konflik tertama karena Keraton kala itu banyak menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan yang menjadi musuh pemerintah Belanda.
Pemerintahan Hamengkubuwono VI berakhir ketika ia meninggal dunia pada tanggal 20 Juli 1877. Ia digantikan putranya sebagai sultan selanjutnya bergelar Hamengkubuwono VII.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar